Kata Pengantar
Risalah
ini disusun sebagai salah satu bentuk upaya dalam rangka menyingkap tabir
kronologis asal muasal kejadian “Teluk Pakedai” sebagaimana diketahui
bahwa pada masa kini sedikit sekali masyarakat yang mengetahui kejadian
tersebut, mengingat para kaum tua-tua selaku
nara sumber sejarah sudah banyak yang meninggal dunia, sehingga
dikwatirkan kronologis sejarah asal muasal dibukanya teluk penyengat atau lebih di kenal teluk pakedai
akan lenyap begitu saja tanpa ada meninggalkan kesan dan pesan bagi kaum muda
selaku generasi penerus.
Menyikapi
latar belakng kejadian tersebut di atas untuk itu kami selaku kaum muda pewaris
keturunan asal muasal pendiri teluk
penyengat serkarang ini disebut teluk pakedai mencoba menelusuri sejarah
tersebut untuk ditulis pada satu risalah
tentang kejadian yang sebenar-benarnya diteluk penyengat tersebut.
Adapun
maksud dan tujuan kami selaku penulis risalah ini, adalah semata-mata merupakan
suatu bentuk kepedulian kami pada sejarah perjuangan nenek monyang kami terdahulu,
serta ingin mengenalkan lebih dekat lagi kepada masyarakat maupun pada
pemerintah daerah maupun pemerintah pusat bahwa Teluk Penyengat atau Teluk Pakedai
memiliki latar belakang sejarah yang sangat syarat dengan nilai-nilai budaya
adat istiadat bugis. walaupun ini
merupakan pekerjaan yang susah dan sangat berat bagi kami ini adalah suatu
tantangan yang akan kami perjuangkan.
Maka
oleh karena itu sejak awal upaya ini tidak dapat diklaim sebagai beban penulis
dan penyusun, akan
tetapi kami harapkan keikutsertaan semua kalangan lapisan masyarakat para
sejarawan atas informasi demi kelengkapan serta perbaikan dan kepada Pemda dalam
rangka penyempurnaan penyusunan riwayat asal muasal Teluk Penyengat/Teluk
Pakedai.
Kami
sebagai panulis dan penyusun sangat mengharapkan kiranya risalah ini dapat
memberikan manfaat dan berguna bagi masyarakat generasi muda untuk melestarikan
dan memsyarakatkan budaya para leluhur nenek monyang kit, walaupun kami sadari
bahwa dalam hal penyusunan risalah ini disana sini masih banyak terdapat
kekurangan dan kesalahan baik itu pada riwayat kronologis asal muasal kejadian Teluk
Penyengat Atau Teluk Pakedai maupun pada tutur bahasa dan kalimatnya namun kami
harapkan dan kami yakini upaya ini kiranya dapat menggugah serta mengingatkan
kita kembali pada suatu sejarah agar para generasi muda dapat meningkatkan
pengetahuan dan semangat untuk berkarya .
Teluk
Pakedai Oktober 2010
Penyusun
ISMAIL
SAKKE
KRONOLOGIS
ASAL MUASAL TELUK PAKEDAI
1.
RIWAYAT.
Dipesisir Kalimantan Barat terdapat sebuah pulau kecil yang berbatasan langsung dengan laut
Natuna. Di
zaman dahulu pulau ini tidak berpenghuni melainkan hanya di tumbuhi hutan kayu
belantara yang sangat lebat, juga
di dalamnya terdapat beberapa anak sungai yang airnya mengalir langsung kelaut.
Beberapa abat yang lalu terdampar
sebuah perahu di pulau tersebut. Adapun
cara pelayaran orang-orang perahu tersebut tidak diketahui asal muasalnya,namun setelah kemudian
barulah di ketahui bahwa orang-orang
yang ada dalam pereahu tersebut
tak lain adalah Puang Kecowa bersama saudaranya.
Mereka bersaudara adalah seorang
suku bugis bone dari sulawesi selatan sebagaimana kita ketahui bahwa nenek
monyang kita dari suku bugis terkenal sebagai kaum bahari yang gemar melaut
berpindah-pindah tempat dari pulau ke pulau yang lain, daya
hidup mereka bergantung
pada usaha pertanian.
Demikian
pula dengan halnya dengan Puang Kecowa beliaupun memutuskan untuk berlayar
meninggalkan kampung halamannya mencari tanah hijau yang subur untuk dibangun
lahan pertanian dan sebuah negeri dan terdamparlah perahunya di pulau tersebut dan berlabuh disana.
2.
BAWANG/AMBAWANG
Menjelang beberpa lama kemudian Puang
Kecowa bersama saudaranya mulai menjelajahi pulau tersebut dengan cara
menelusuri sebuah sungai , beberapa
hari Puang Kecowa menjelajahi hutan tersebut dan sampailah beliau sebuah bukit atau gunung, di lereng gunung ini pun
mereka bersaudara tinggal untuk beberapa hari lamanya guna mencari tanah hijau yang subur untuk
dibangun lahan pertanian dan sebuah negeri.
Namun
yang diharapkan tak kunjung ketemu , dengan hati sedikit kesal dan bercampur sedih, Puang Kecowa beserta
saudaranya memutuskan untuk keluar hutan dan akan kembali ke kampung halamannya.
Perjalanan Puang Kecowa bersaudara
kali ini tidak mendapatkan hasil dan sia-sia dan beliaupun pulang dengan tangan
hampa atau dalam bahasa bugisnya “lisu bawang” berangkat dari cerita inilah
maka Puang Kecowa memberi nama gunung tersebut gunung lisu bawang yang sekarang
dikenal dengan nama gunung bawang atau Gunung
Ambawang.
3.
BERTEMU
DENGAN RAJA JIN
Masa
telah berlalu namun dimata Puang Kecowa beserta saudaranya masih terbayang
sebuah pulau yang ditemuinya beberapa tahun yang lalu hatinya selalu teringat
tanah yang hijau dan subur itu.
Bersama
beberapa orang saudara dan keponakannya Puang Kecowa pun memutuskan untuk
berlayar meninggalkan kampung halamannya
untuk yang kedua kalinya ,k epergiannya
kali ini menggunakan tujuh buah perahu layar yang dilengkapi makanan
secukupnya serta alat-alat pertanian
tradisional. Berikut ini adalah pengikut/rombongan beliau adalah :
a.
Puang
Kecowa sekeluarga
b.
Puang
Dusung sekeluarga
c.
Puang
Deppung sekeluarga
d.
Puang
Deppa sekeluarga
e.
Puang
Tippung sekeluarga
f.
Puang
Labbase sekeluarga
g.
Puang
Page sekeluarga
h.
Puang
Perukke sekeluarga
i.
Puang
Penecce sekeluarga
j.
Puang
Karame sekeluarga
Kendati
menempuh perjalanan yang cukup melelahkan dengan mengarungi lautan yang luas
juga penuh rintangan dan tantangan serta serangan –serangan dari kawanan
perompak,bajak laut
dan manusia lanon tidak membuat Puang Kecowa bersaudara menyerah begitu saja,
dengan memiliki ilmu kesaktian dari tanah bugis semua kawanan perompak bersama
yang lainnya dapat dikalahkan.
Deretan
perahu layar rombongan Puang Kecowa pun berlayar dalam keadaan selamat dan
tenang.
Dengan dibantu tenaga angin secara
berlahan – lahan deretan perahu layar rombongan Puang Kecowa mulai mendekati
kuala ambawang,namun kali ini beliau tidak mengarahkan haluan perahunya
kesana,tetapi menuju sebuah teluk yang tidak jauh dari kuala ambawang.setelah
semuanya masuk keteluk maka Puang Kecowa memerintahkan untuk berlabuh dan
beristirahat disana sambil menikmati segarnya udara perairan teluk tersebut.
Setelah beberapa hari berada disana
dengan memperhatikan linkungan pulau tersebut Puang Kecowa pun mulai merasakan
adanya kehidupan baru pada dirinya beserta sanak saudara. Oleh karena itu demi
untuk menyelaraskan dengan apa yang dirasakan nya maka beliau mengajak seorang
saudaranya menyisir pulau di sekitar
teluk tersebut, dalam
rangka penyisiran banyak hal-hal aneh beliau temukan antara lain :
1.
Pulau
tersebut terletak disebuah teluk yang ditumbuhi hutan kayu belantara yang
sangat lebat lagi subur.
2.
Di
setiap pohon kayu besar bersarang lebah-lebah madu dan penyengat hitam.
3.
Juga
mengalir beberapa anak sungai kecil dengan air yang jernih.
Semua
hasil temuan itu, Puang Kecowa ceritakan dengan saudaranya maupun keluarga yang
lainnya.
Menyikapi
hasil temuan tersebut semua memberikan makna yang positif yaitu :
1.
Hutan
kayu belantara yang lebat itu merupaka suatu pertanda bahwa tanah di pulau
tersebut masih sangat subur.
2.
Bersarangnya
lebah madu ,mengisyaratkan bahwa tanah di hutan tersebut akan menjadi ramai
ditempati oleh mayarakat – masyarakat yang membutuhkan kehidupan.
Dan
penyengat hitam tersebut adalah merupakan tantangan yang sangat besar bagi Puang
Kecowa dan kelak akan menjadikan
suatu negeri.
3.
Yang
dimaksud sungai kecil dengan air yang mengalir, artinya pada suatu
ketika nanti pulau tersebut akan berubah menjadi satu negeri dengan seorang
pemimpin yang rendah hati namun bijaksana dalam mengambil suatu keputusan dengan memperhatikan
norma kehidupan dengan menjaga kepentingan bersama dan akan tumbuh ke generasi berikutnya.
Berdasarkan
makna tersebut di atas secara keseluruhan maka Puang Kecowa bersaudara
memutuskan untuk merambah hutan yang ada untuk di jadikan lahan pertanian dan
pemukiman.
Menjelang malam jum’at Puang Kecowa memulai
kegiatannya dengan melakukan ritual yang diyakininya dengan membuat asapan yang
dicampuri dengan kambanyan tepatnya di buritan
perahu layar beliau.
Pada
malam yang sunyi hanya diterangi gemerlapnya lampu lentera, Puang Kecowa duduk
bersila bersama saudara-saudaranya
mengelilingi asapan kambanyan dengan
kepulan asapnya membumbung tinggi ke udara dan menyebar ke seluruh perahu dan
sekitarnya membuat suasana terasa menyeramkan serta membuat bulu kuduk berdiri. Namun seketika itu suasana berubah menjadi
tegang disebabkan oleh kehadiran sesosok makhluk bertubuh tinggi besar lagi
hitam bermata merah langsung melangkah naik keperahu tepat dihadapan Puang
Kecowa,s ehingga
membuat haluan perahu menegak keatas. Melihat kejadian tersebut, semua yang hadir mulai
merasa takut, hanya
Puang Kecowa saja yang tampak tenang, seraya memberi salam kepada makhluk tersebut
dengan ucapan; “Assalamu alaikum Wahai makhluk hitam, siapa kamu sebenarnya”?
Jawab
: “Aku adalah si Raja penguasa Hutan ini dan apa maksudmu memanggil aku”?
Puang
Kecowa : “Aku akan memberitahukan bahwa
kedatangan kami ini ingin merambah hutan ini untuk kami jadikan lahan
pertanian serta sebuah negeri”.
Raja
Jin : “Tidak boleh”
Puang
Kecowa : “Kenapa tidak boleh?”
Raja
Jin :” Disini sudah negeri Kami ( Negeri Jin ) beserta anak cucu kami”.
Tanya
jawab terus berlangsung,tawar menawar terjadi sampai dini hari, Si Raja Jin mulai marah
dan wajahnya tampak menyeramkan dengan sorotan mata yang sangat tajam lagi
merah dengan mengeluarkan kata-kata yang sangat keras dan berkata;”Hutan ini boleh kamu
Rambah, namun
Kalahkan aku dulu”. Mendengar perkataan Si
Raja Jin tadi,Puang Kecowa pun mempertegas jati dirinya dan tujuan
kedatangannya ke pulau tersebut dan
langsung menjawab omongan si Raja
Jin. Seraya berkata ”saya adalah anak dari
siraja manusia tujuanku kemari adalah untuk merambah hutan ini guna kami
jadikan lahan pertanian dan sebuah negeri”
Puang Kecowa
langsung
melompat turun dari perahunya, perkelahianpun
tak dapat terhindari lagi saling tangkap dan saling hampas gilir bergantian
antara keduanya.
Satu hari setelah perkelahian yang berlansung
tiada hentinya. stamina Puang Kecowa pun mulai menurun, melihat gelagat Puang
Kecowa Si Raja
Jin pun menangkap Puang Kecowa dan lansung menghempaskannya kebumi hingga
terbenam sampai keleher,dan kesempatan itu tidak disia-siakan siraja jin untuk
membunuh Puang Kecowa, namun siraja jin pun merundukan kepalanya hendak memakan
kepala Puang Kecowa, namun apa yang terjadi adalah sebaliknya, kesempatan yang
baik pula dimanfaatkan oleh Puang Dusung yang dari awal mengawasi jalannya
perkelahian tersebut dan lansung menyambar bagaikan kilat menyambar Puang
Kecowa untuk diselamatkan dan kemudian berbalik membalaskan saudaranya serta
lansung menyambar tubuh siraja jin tersebut
dan menenggelamkannya ke bumi sampai kebatang lehernya dengan dibarengi tenaga
dalam dan ilmu pengunci bumi,tubuh siraja jin tidak dapat bergerak dengan
demikian Si Raja
Jin selaku
penguasa hutan tersebut menyerahkan pulau tersebut kepada Puang Kecowa dan
dijadikan lahan pertanian
serta sebuah negeri dengan mengajukan beberapa syarat oleh Si Raja Jin kepada Puang
Kecowa yaitu sebagai berikut :
- Sebelum merambah hutan untuk dijadikan lahan pertanian harus mengadakan acara ritual dengan di sebut “MAPPANRE KAMPONG” dengan menyembelih hewan berkaki empat.
- Adakan ritual MAPPANRE TASI setelah panen raya.
Mendengarkan
syarat yang diajukan dari Si Raja Jin tersebut, maka Puang Kecowa menerima
syarat tersebut sambil mengambil tubuh Si Raja Jin tersebut dari himpitan bumi
dan seketika itu pula Si Raja Jin lansung menghilang entah kemana tanpa
meninggalkan jejak.
Dengan
bersenjatakan tombak
dan parang, Puang Kecowa bersama saudaranya masuk kedalam hutan untuk berburu
dengan tidak terlalu lama berhasil menangkap seekor rusa.
Pada
hari minggu tepatnya
jam 12.00 siang , Puang
Kecowa pun lansung mengadakan ritual yang disepakati sebelumnya dengan Si Raja
Jin yaitu MAPPANRE KAMPONG (adat bugis) yang berlokasi dimana Puang Kecowa berkelahi dengan Si Raja
Jin sesajianpun diletakan
di lokasi tersebut di sertai dengan asapan kambanyan yang mengepul kedalam
hutan seketika itu pula muncullah Si Raja Jin bersama pengikutnya. Si Raja Jin pun lansung
meminum darah hewan yang telah tersedia, sedangkan anak buahnya merebut makanan
yang di sajikan.
Melihat
hal itu, pengikut Puang Kecowa pun tidak tinggal diam, merekapun masuk ke arena
dan akhirnya berebutan makananpun terjadi di antara pengikut Si Raja Jin dengan
pengikut Puang Kecowa hingga makanan habis.
.
4.
KAMPONG
TEMPO DULU
Acara Mappanre Kampong sudah usai Puang
Kecowa pun memberikan arahan-arahan kepada saudaranya bahwa tantangan di masa
sekarang dan dimasa yang akan dating adalah lebih berat lagi.Adapun jawaban
untuk mengatasi tantangan tadi ada pada sikap kita. Yaitu kemauan yang kuat
untuk berkarya dengan semangat
mandiri,tekat,mampu dan berani membuat keputusan dan mengambil resiko serta
kreatif.karena semua itulah, maka pada hari ini aku canamkan gerakan merambah
hutan ini untuk di jadikan lahan pertanian dan pada hari ini pula aku tetapkan
sebagai hari pertama di bukanya pulau ini menjadi sebuah negri (Asal-muasal
Teluk Pakedai) berkisar tahun 1771.
Puang Kacoa menunjuk puang dusung
untuk memimpin kegiatan merambah hutan.Adapun merambah atau menebang hutan
dilakukan bersama-sama bergotong-royong. hal ini dilakukan untuk menanamkan
rasa kesetiakawanan demi menciptakan iklim usaha bersama yang sehat,kondusif
dan berkesinambungan.mengingat kegiatan penebangan begitu lancarnya tidak
menemukan hambatan,sehangga tidak terlalu lama.Hutan belantara tersebut sudah berubah
menjadi satu hamparan yang luas.Selanjutnya ketika hamparan kayu sudah kering
maka,di lakukanlah pembakaran.
Kegiatan selanjutnya adalah
penaburan padi.Dalam kegiatan ini Puang Kacoa memerintahkan Puang Tippung untuk
melakukannya.
Sebelum penaburan padi dilakukan
Puang Tippung mengadakan makan sepulung bersama keluarga besar Puang Kacowa
,sambil membacakan bibit padi tersebut dengan mantra-mantra demi keselamatan
padi itu nanti.
Puang Tippung secara bersana-sama
melakukan penaburan bibit padi hingga merata ke seluruh hamparan lahan.kemudian
menjelang satu bulan lamanya padi-padi tersebut mulai tampak
tumbuh dengan suburnya.
Masa tenggang waktu sambil menunggu
padi-padi pada menguning,masing-masing keluarga besar Puang Kecowa mendirikan
bagan-bagan atau lumbung pangan sementara kaum ibu-ibunya sibuk menganyaman
tikar dan bakul yang terbuat dari pucuk nipah.
Perjuangan Puang Kecowa kini mulai
nampak wujud nyatanya.Padi yang tumbuh subur,kini telah berbuah bahkan telah
menguning. Hamparan lahan telah berubah menjadi lautan padi yang menguning siap
untuk di panen.
Di
bawah pimpinana puang tippung panen raya pun di mulai di lakukaan secara
serentak. lumbung – lumbung panganpun
penuh berisi padi suasana negeri pun tersa berubah. Malam yang biasanya
hanya yang dihiasi dengan lampu – lampu lentera dan sunyi senyap kini tersentak
menjadi ramai. Setiap malam di tiap bagan para anak cucu Puang Kecowa pada
meniup PENUNI yang terbuat dari serunai
batang padi yang dilingkari pucuk daun nipah.sementara para ibu – ibu sibuk
dengan alu dan lesung pedendang nya membuat dangu yang terbuat dari padi pulut
yang masi hijau(muda) suatu makanan ciri khas tersendiri bagi suku bugis dan
tidak ketinggalan pula para pemuda sibuk dengan bermain sempe(sempa) dan
bermainan pangka kayu (sekarang lebih dikenal dengan permainan gasing)
Setelah semuanya padi sudah di panen
maka Puang Kecowa pun melaksanakan syarat dan janji yang kedua yaitu MAPPANRE TASI sesuai dengan yang di isyaratkan oleh si
raja jin waktu pertama kali hutan ini di rambah.
Dengan
semangat juang yang begitu tinggi serta dorongan semua saudara – saudaranya Puang
Kecowa telah berhasil membangun sebuah kampung dengan suasana aman, tentram dan
nyaman.
5.
TELUK
PENYENGAT
Sang surya memancarkan sinarnya di ufuk
timur,serta siulan burung – burung murai yang bersiul sambil menari – nari,
sementara burung perkutut berkukuk bersahut – sahutan diranting kayu yang sudah kering , semuanya
tampak gembira, se olah – olah memberikan ucapan selamat kepada Puang Kecowa
beserta rombongannya yang baru saja menyelesaikan panen raya nya yang melimpah
ruah. Lumbung – lumbung pangan penuh sesak berisikan padi yang menguning
bagaikan tumpukan emas. Keceriaan dan kegembiraanpun memancar di raut wajah Puang
Kecowa beserta sanak saudaranya bahwa pengorbanan yang dilakukan selama ini
tidak sia – sia demi menggapai satu tujuan walaupun dihadapi segala rintangan
dan tantanga bahkan berkalang nyawa sekalipun namun kini semua telah berlalu
jirih payah dan pengorbanan Puang Kecowa telah menemu kan impian nya dan itu
menjadi Kenyataan.tanah hijau nan subur di sebuah teluk di pesisir yang membuat
hati nya jadi terasa terpau untuk di jadikan negeri.
Kegiatan penataan pembangunan di mulai
dalam rangka lebih mengoptimalkan pencapaian pembangunan.
Berkaitan
dengan hal tersebut di atas,maka Puang Kecowa memugas kan puang deppung untuk
mambuat saluran mulai dari tepi barat pada sebuah anak sungai kecil
lurusmemujur ke arah timur membelah hamparan lahan pertanian menjadi dua
bagian yaitu sebelah kiri dan kanan..Adapun
pembuatan saluran dilakukan secara kerjasama/bergotong royong dengan
menggunakan peralatan secara tradisional dengan semangat kebersamaan sikap
prilaku dan kemampuan yang di miliki, puang deppung telah berhasil membangun
saluran tersebut dengan sempurna bahkan saluran tersebut telah berubah menjadi
sebuah parit yang kini di gunakan sebagai sarana tranportasi. Sedangkan puang
deppa di tugaskan untuk membagi – bagi lahan kepada saudara Puang Kecowa maupun
kepada keluarga besar yang lain. Mengingat
pada jaman itu belum adanya alat ukur maka puang deppa mengambil sebatang kayu
kecil sebesar induk tangan dan merentangkan kedua tangannya kekayu kecil tadi
maka jadilah alat ukur tadi yang menyerupai tongkat.
Pembagian lahanpun dilakukan setiap
orangnya mendapatkan lahan panjang 200 tongkat dan lebarnya 50 tongkat atau
sama dengan 4 kojan . setelah pembagian lahan selesai dilakukan maka puang
dusung di angkat sebagai kepala pemukiman yang di percaya oleh saudaranya untuk
memimpin,memerintahkan segala keputusan mereka.dan selanjutnya Puang Kecowa
mendirikan pondok – pondok / rumah ditempat lahan masing – masing.
Rumah – rumah telah berdiri yang
berderetan di sepanjang parit sehingga membuat pemukiman tersebut telah
menunjukan kemajuan yang semakin mantap dan meningkat.untuk itu dalam upaya
menumbuh kembangkan pembangunan agar semakin ter arah harus dilakukan secara
terpadu dan berkesinambungan Puang Kecowa memutuskan untuk memberikan gelar
kepada saudara – saudara nya sebagai berikut :
A.
Puang
Dusung sebagai kepala pemukiman / kampong
B.
Puang
Deppung sebagai kepala saluran atau parit
C.
Puang
Deppa Sebagai kepala Juru ukur / bidang pertanahan
D.
Puang
Tippung Sebagai Kepala pertanian
E.
Dan
Puang Kecowa Sendiri Sebagai Pawang Adat /
Pawang suku
Dengan pemberian Gelar dan pangkat
teraebut,Puang Kecowa berharap agar saudara-saudaranya benar-benar dapat
menerimanya dengan rasa tanggung jawab sehingga apa yang telah di amanat kan
kepada mereka dapat di tumbuh kembangkan dan menyebar luaskan usaha pertanian
dan dapat membina masyarakat kelak di kemudian hari menjadi petani yang
handal,tangguh dan unggul untuk dapat diwariskan dan dilestarikan pada anak
cucu kelak sebagai generasi penerus.
Puang Kecowa telah meletakkan batu
pertama di bumi pulau kecil ini sebagai kerangka dasar pembangunan.Seorang
pejuang yang satria berjiwa bagaikan kerja yang yang tak lekang oleh panas nya
matahari dan tak luput di makan usia.Yang memeliki semangat juang dan jiwa
usaha pertanian menjadi tugas dan kewajiban kita selaku generasi penerus untuk
terus melestarikan wawsan tersebut.
Usaha pertanian merupakan bekal yang
sangat berharga.Hidup kita juga akan bertambah sejahtera,jika kita mampu
mempertahan kannya dan menumbuh kembangkan bakat usaha pertanian sebagai
warisan leluhur kita.Sifat-sifat itulah seharusnya menjadi sosok idola kaum
muda sehingga mansyarakat kita akan dapat terus berkembang.
Nasib masyarakat dan bangsa kita
dalam dunia dengan persaigan yang semakin ketat,sangat tregantung kepada
persiapan kaum generasi muda.
Pemupukan jiwa usaha pertanian yang
handal,tangguh dan unggul di kalangan muda merupakan sarana yang paling
tepat.Hanya dengan usaha pertanian yang unggul itulah nasib masyarakat dan
bangsa kita bisa diwariskan dengan hati yang mantap kepada generasi penerus,ketika
para generasi tua harus meninggal kan percaturan hidupdi dunia fana ini.
6.
KESAN DAN PESAN
Puang Kecowa bersaudara
kini telah tiada
Namun jiwanya tetap
hidup di hati sanubari para generasi muda
Jasadnya telah berpulang
dan hilang di mata
Tetapi jasa – jasanya
dapat kita nikmati sepanjang masa
Puang Kecowa adalah adalah seorang
Bapak pembangunan,beliaulah orang yang pertama kali meletakan batu pertama
sebagai kerangka dasar Teluk Pakedai yang kita cintai ini. Walaupun Namanya
tidak tercatat dalam sejarah, namun Peninggalan tidak dapat kita pungkiri keberadaannya, merupakan bukti ujus nyata
bahwa kronologis asal muasal teluk pakedai tidak terlepas dari rangkaian
perjuangan beliau bersaudara.
7.
Kesimpulan
A.
PUANG
KECOWA diabadikan selamanya setiap tahun pada acara Ritual Mappanre Kampong yang merupakan titik awal atau tahun baru
pembukaan pemukiman yang di beri nama teluk penyengat kini berubah menjadi
Teluk Pakedai dan Acara itu pula sebagai tanda permulaannya / pembukaan untuk
penanaman padi.
Adapun Kegiatannya Antara lain :
-
Pemotongan
Hewan Berkaki Empat
-
Massempe
Kegiatan
ini sebagai tanda Pertemuan yang pertama kali oleh Puang Kecowa Dengan Mahluk
jin dan terjadi perkelahian yang sangat sengit oleh keduanya.
-
Pangka
Kayu ( Pangka Maggasing)
Kegiatan
ini Sebagai tanda pelontaran yang di berikan ke makhluk jin tersebut.
-
Dan
Diakhiri dengan perebutan makanan
Perebutan
makanan ini oleh pengikut Puang Kecowa dan pengikut si raja jin yang kelaparan.
B.
PUANG
DUSUNG di abadikan pada sebuah nama
pemukiman atau pada wilayah kawasan Dusung / Dusun / Kepala Dusun
C.
PUANG
DEPPUNG Di abadikan pada nama sebuah parit Kini menjadi parit Sedepung pada
saat ini tepatnya berada Di Desa Teluk Pakedai Hulu Kecamatan Teluk Pakedai
Kabupaten Kubu Raya Provinsi Kalimantan Barat dan disini juga tempat kejadian
tersebut di atas.
D.
PUANG
DEPPA Di abadikan pada alat ukur pertanahan atau disebut Tangan Deppa/ Deppa
Tangan
E.
PUANG
TIPPUNG Di abadikan pada acara ritual makan sepulung menurunkan benih padi atu
di sebut dengan tippung tawar (Teppung Tawar)
Disadari atau tidak tetapi
fakta telah membuktikan pada sebuah negeri yaitu TelukPenyengat Yang Kian
Menjadi Teluk Pakedai Dan tanggung Jawab Kitalah sebagai generasi penerus untuk
melanjutkan perayaan Ritual ini.
8.
Penutup
Demikianlah
susunan Risalah Asal muasal kejadian Teluk Pakedai ini OLeh Puang Kecowa
Bersaudara. Dan sebagai pelengkap kurang dan lebihnya cerita ini di harapkan
bagi masyarakat yang juga mengetahui cerita ini di harapkan untuk memberikan
informasi kepada kami selaku anak cucu nya demi penyempurnaan serta perbaikan
yang di harapkan, sehingga pandangan positip oleh masyarakat banyak di harapkan
pada umumnya serta mempunyai nilai –nilai yang bermakna bagi pemerintah pada
Khususnya.
Kelanjutan Cerita Ini akan Kami susun
lagi pada episode berikutnya (Episode Ke 2) Dengan menceritakan Ghaib Nya Puang
Kecowa di Pintu Air di Parit Sedepung Buatan zaman Penjajahan Belanda Dan
sampai Sekarang ini tidak di ketahui dimana keberadaannya.
Terima Kasih
1 comments:
Click here for commentsDari dulu nak datang kedaerah ini, tapi belom tercapai
ConversionConversion EmoticonEmoticon